BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, saat ini sedang terjadi anomali perubahan suhu di perairan Samudera Pasifik akibat pemanasan global yang disebut sebagai Fenomena La-Nina.
Fenomena La-Nina ini turut berdampak pada meningkatnya curah hujan di wilayah Indonesia yang mencapai 20-70% di atas normal, sehingga menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan badai tropis.
Menghadapi perubahan cuaca ekstrem tersebut, Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin mengimbau Pemerintah dari Pusat hingga daerah untuk melakukan upaya mitigasi bencana sejak dini.
“Saya mengimbau kepada seluruh jajaran pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah untuk melakukan berbagai upaya mitigasi dalam menghadapi perubahan cuaca ekstrem ini,” seru Wapres
Lebih jauh, Wapres menuturkan bahwa BMKG telah memperingatkan kemungkinan terjadinya curah hujan yang jauh lebih tinggi selama bulan November 2021 hingga Januari 2022.
“Lakukanlah perencanaan mitigasi dengan lebih baik mengingat peringatan dari BMKG telah diberikan jauh sebelumnya,” imbaunya lagi.
Terlebih, lanjut Wapres, tingkat keparahan bencana hidrometeorologi semakin meningkat dengan terjadinya kerusakan lingkungan di wilayah hulu sungai serta terjadinya kerusakan lingkungan di sepanjang aliran sungai.
“Upaya penanggulangan jangka panjang seperti konservasi tanah dan air di hulu sungai melalui penghijauan, penataan daerah aliran sungai, serta edukasi kepada masyarakat harus lebih ditingkatkan,” pintanya.
Adapun untuk penanggulangan jangka pendek, menurut Wapres, harus sudah dimulai sejak saat ini. Oleh sebab itu, ia meminta jajaran pemerintah agar mengajak masyarakat untuk bergotong-royong dalam menanggulangi segala bencana yang terjadi.
“Tingkatkanlah kewaspadaan karena dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrem belum sepenuhnya bisa diprediksi dengan tepat,” ujarnya mengingatkan.
Di samping itu, dalam melakukan mitigasi dan penanganan bencana saat ini, Wapres meminta segenap jajaran pemerintah dan masyarakat agar belajar dari pengalaman bencana-bencana yang terjadi sebelumnya.
“Kita sebagai bangsa pembelajar hendaknya dapat menjadikan pengalaman bencana pada masa yang lalu sebagai suatu pelajaran yang berharga,” pungkasnya.