BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com,— Bercocok tanam pasti menjadi sesuatu yang menyenangkan apalagi dilakukan bersama-sama dengan melibatkan istri dan anak-anak. Bercocok tanam sekarang ini tidak sepenuhnya harus berkubang pada lumpur dan tanah.

Kendala luasan tanah kini tidak lagi menjadi kendala dalam bercocok tanam. Tentu pola bercocok seperti ini sudah mulai dikenal luas masyarakat yakni pola hidroponik.

Cukup pekarangan rumah seadanya, keluarga dapat melakukan hal yang sangat menyenangkan. Dikawasan Gunung Bahagia RT 37, melalui tangan dingin Normansyah dibantu istrinya, usaha isengan hidroponik yang digeluti sejak 2 tahun lalu kini mulai memberikan hasil bagi tambahan pendapatan rumah tangga.

“ Kalau bapak ibu ini memang dingin tanganya. Tanaman apa saja bisa tumbuh,” celoteh tetangga  Normansyah belum lama ini saat disambangi kediamanya di sekitar Rengganis, Balikpapan Selatan.

Dihalaman rumah yang tidak luas ini. Kurang lebih 3 x5 meter, ada berbagai macam tanaman sayuran yang terpajang. Diantara tanaman itu sudah ada pemesannya. Dari daun salada, seledri, mint, cabai, sayur cecim hingga buah strowberi.

Meski masih dalam jumlah sedikit , tanaman salada, dan cecim dengan pola hidroponik tumbuh subur. Hidroponik dikenal  budidaya tanaman tanpa media tanah bisa menggunakan arang sekam, spons,  atau sabuk kelapa, bisa juga dengan serbuk kayu atau media lainya yang direkomendasikan. Tentunya media lainya yang  mendukung adalah pipa sepanjang 4 meter dengan diameter 2,5 inci.  Pola hidroponik menggunakan sistem DFT sehingga pipa empat meter sebagai wadah aliran air  ini jika kondisi mati lampu maka masih ada genangan air setinggi 2 cm. Jika mati 12 jam maka tanamanmasih bisa bertahan.

Perangkat lain yang dibutuhkanRockwool materi batu mineral khusus hidroponik sebagai tempat menaruh bibit. Sedankan Netpot digunakan sbagai wadah rockwool dan bibit selad.

Menjadi petani hidroponik bukan hal yang mudah namun juga tidak sesulit yang dibayangkan. Cukup kemampuan ilmu dan modal ya lumayan serta kesabaran atau telaten.

“ Awal-awal kita gagal karena medianya bekas botol minuman, ditempatkan tidak kena matahari. Ya lalu ikut pelatihan sekali. Medianya kita pakai paralon. Ukuran 4 meter kali 1,5 meter. Modal awal pembuatan medianya lumayanmahal Rp9 juta. Tapi alhamdulillah dalam sebulan kita bisa panen dua kali,”  tutur Sri wahyuni.

Hasilnya pun sangat memuaskan. Kualitas sayuran  Hidroponik lebih bagus dan kuat dibandingkan hasil pertanian konvensional. “ Seperti daun selada itu kalau seminggu ditaruh saja tidak masuk ke kulkas masih segar beda yang hasil pertanian konvensional,” tambahnya.

Kebutuhan Sayur Masih Kurang

Ketua asosiasi II Hidroponik Balikpapan Normansyah mengaku usaha yang digeluti ini, belum banyak yang dikembangkan oleh masyarakat. Padahal bisnis memberikan prospek yang jauh lebih baik . apalagi saat ini masyarakat modern kecendrungan ingin membeli sayuran yang sehat, tidak tercemar pestisida.

Untuk sayuran selada saja, di Balikpapan kebuthan per pekan sekitar 60 kg namun baru dapat terpenuhi sekitar 40 kg.

Selain wadah dan perlengkapan tadi, katanya hasil tanaman hidroponik seperti salah satunya daun selada sangat bergantung pada kualitas bibit. Jika bibit bagus kata Normansyah maka proses pecah bibit menjadi kecamabh sekitar 12 jam. Namun jika kurang bagus proses bisa memakan 2-3 hari.  Jika salah semai maka yang terjadi adalah Etolasi yakni  batang selada jadi lebih tinggi sementara daunya jarang.

“Bagusnya sore disemai, sekitar 12 jam atau paginya sudah pecah bibit jadi kecambah. Kualitas bibit pengaruh sekali terutama  kalau kita salah penyimpanan bibit mudah masuk angin. Bisa juga bibit disimpan di pelastik dengan  jumlah sekian dan  disimpan ditoples kedap udara,”terangnya.

Lain lagi jika dengan bibit strowberi. Jika kurang bagus, maka proses pecah bibit itu butuh waktu yang lama antara  2 pekan dan 1 bulan

“ Kalau bibitnya bagus bibit nomor satu, rata-rata dibawah 7 hari,” kata Normansyah yang bekerja di kapal ini.

Dalam penanaman sayuran pola Hidroponik  ini lanjut Normansyah dibutuhkan udara, nutrisi, air, dan matahari. “Kurang matahari  atau salah menempatkan lokasi penanaman, hasil tumbuhnya ngak bagus,” ujarnya.

Normanyah yang kerja di kapal ini mengaku, hasil perajinan hidrponik ini sudah memiliki pasar sendiri. beberapa perajin katanya menyuplai ke  supermarket dan beeberap ada yang menjual ke pedagang burger/kebab. Per pak dijual Rp10 ribu atau berat 200 gram.

“ Biasaya sebelum panen itu, kayak selada itu sudah dipesan oleh pembelinya, penjual kebab, burger itu datang ke rumah.Panen 3 minggu sekali,” ungkapnya.

Normansyah kini tengah mengembangkan lahan kosong dibelakang rumahnya dengan membuat rak-rak hidrponik sepanjang 8 meter. Bukan hanya di darat atau halaman rumah, Normansyah mengaku juga mengembangkan tanaman hidroponik di atas kapal.

“ Jadi diatas kapal saya juga menanam sayur. Medianya pakai streapoam,” ungkapnya.

Jika pola hidropinik ini berjalan bagus, maka normalnya peranjin dapat melakukan panen  pada hari ke 30 sejak penyemaianya. Sedangkan pola konvensional, normalnya panen itu sekitra 35-50 hari.

Di Balikpapan, perajin tanaman hidrponik khususnya tanam selada, mereka banyak gagal. Faktornya penyebabnya banyak, dari kualitas bibit,  masalah PPM (kelebihan nutrisi) dan PH kadar air.

Jika kelebihan PPM maka hasilnya ujuang daun terbakar. “ Kalau di disini sering PH (kadar air) rendah, maka yang terjadi akar menjadi busuk akhirnya mati. Ada alat pengukur PH. Biasanya normal ph 6,2 sampai 7,7. Nah kalau PPM tergantung kebutuhan, kalau untuk selada normal 800-1000 ppm. Untuk di Balikpapan bisa sampai 1400 ppm,”kiatnya.

Jika anda berminat pada hidroponik dapat belajar dengan datang langsung ke pelatihan yang akan digelar pada 10 Januari 2016 di Km 10  di lahan ketua II Asosiasi hidroponik Balikpapan milik Muhammad Nurus Shobah Vanuarnu Farm Km 10, Karang Joang. Sekaligus melihat dan praktek dikawasan tersebut.(Andi A)

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version