BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), Balikpapan mengalami peningkatan jumlah kasus stunting dari 17,17 persen menjadi 19 persen.
Dalam ini, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) bersama Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, bersama stakeholder lain mengambil langkah sigap.
Dengan menggelar rapat koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), yang berlangsung di Auditorium Balai Kota Balikpapan, Selasa (31/1/2023).
“Ini menjadi warning buat kita semua, untuk melakukan percepatan penurunan stunting,” ujar Kepala DP3AKB Kota Balikpapan, Alwiati
Walaupun, ia menambahkan, berdasarkan hasil pendataan Elektronik Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) di seluruh puskesmas, jumlah kasus stunting di Balikpapan menurun dari 2.190 di tahun 2021, menjadi 1.458 di Tahun 2022.
“Namun kita tetap harus waspada terhadap peningkatan kasus ini,” tegas Alwi.
Adapun hal yang dilakukan, melalui pendekatan-pendekatan, pembinaan kepada peningkatan peran tim pendamping keluarga.
Selain itu, dengan melakukan peningkatan kunjungan lapangan yakni intervensi baik sensitif maupun spesifik.
“Intervensi spesifik harus diperkuat dan dipertajam lagi, untuk bisa mengkaji apa saja permasalahan bagi keluarga beresiko stunting,” tutur Alwi.
Kemudian, pada intervensi sensitif juga akan dilakukan kunjungan ke rumah-rumah keluarga, yang berisi konstanting kondisi sosialnya.
“Jangan lupa, kita harus mengevaluasi kondisi ekonominya. Bagaimana kita membantu mengentaskan permasalahan ini, dengan memberikan akses untuk peningkatan status ekonomi masyarakat,” kata Alwi.
“Supaya dia mampu memberikan gizi yang baik untuk keluarganya,” imbuhnya.
Dari kasus stunting yang tersebar di enam kecamatan, Balikpapan Barat, Timur dan Balikpapan Utara mencapai angka tertinggi.
“Jadi kita harus merubah pola asuh, perilaku hidup bersih dan sehat. Karena kaitan ini sangat erat dengan pola hidup bersih dan sehat,” tutur Alwi.
“Terutama untuk wilayah-wilayah yang padat penduduk, itu yang harus kita lakukan intervensi,” pungkasnya.