BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Kaltim hingga kini masih kekurangan oksigen hingga 12 ton per hari. Hal itu dibenarkan Direktur Operasinal Surya Biru Murni Acetylene (SBM) Iwan Sanyoto.
Hal itu disampaikannya, sela-sela peninjauan Menteri Koordinator Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendi ke Balikpapan, Senin (26/07/2021).
Dia mengatakan, defisit oksigen sejak awal Juli 2021. Ketika kasus covid-19 di Kaltim khususnya di Kaltim mengalami lonjakkan tajam setelah varian baru delta juga ikut bermutasi.
“Defisit mungkin terlihat mulai awal bulan Juli. Saya mencatat 5 Juli naik terus permintaan. Sampai sekarang belum ada turunnya,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan, selama ini SBM memenuhi kebutuhan ke fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) maupun masyarakat umum. Rata-rata setiap harinya mencapai 250 tabung oksigen.
“Suplai ke rumah sakit ke Bhayangkara, Manggar. Sifatnya kita membackup kita kebanyakan puskesmas dan masyarakat umum. Juli itu rata-rata hapir 250 tabung perhari. Sebelumnya itu sekitar 10 tabung. Makanya tadi keluar masuk banyaknya,” jelasnya.
Kata dia, biasanya kebutuhan tabung oksigen hanya 5 persen dari produksi. Karena sebagian banyak disalurkan ke industri. Namun kini lebih mendahulukan medis, ketimbang industri.
“Kami 5 persen ke medis. Sisanya ke industry. Tetapi dalam kondisi sekarang terbalik. Suplai ke medis terlebih dahulu. Industrinya menunggu,” sebutnya.
Menurutnya, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi kekurangan tabung oksigen, diantaranya mendatangkan dari luar Kaltim dan mengalihkan semua untuk kebutuhan medis.
“Kita beberkan bahwa kebutuhan oksigen di Kaltim masih defisit sekitar 12 ton perhari. Kami juga menyampaikan salah satu cara mengatasi defisit dengan mencari alternatif dari luar Kaltim,” katanya.
“Kedua menahan dulu produksi oksigen Industri kemudian kita alihkan dulu oksigen medis. Tetapi ini akan terus defisit terus apabila kasusnya gak turun. Ini akan jadi masalah,” tandasnya.
Dia juga telah menyampaikan ke Menko PMK agar bantuan tabung oksigen dari Pemerintah tidak hanya menyasar kebutuhan di Jakarta, Jawa maupun Bali namun juga ke Kaltim.
“Caranya seperti apa kami juga menyampaikan ke pak menteri bahwa kalau bisa bantuan jangan hanya di Jawa kalau bisa juga ke Kaltim,” ujarnya.
Sehingga bantuan tersebut, juga bisa didistribusi ke Kalimantan Selatan (Kalsel) hingga Kalimantan Utara (Kaltara) yang jumlah penularan kasus covid-19 meningkat. Bukan hanya di Kaltim.
“Apalagi Kalsel dan Kaltim naik. Ini akan menjadi masalah ke depannya. Semoga kasusnya bisa turun di Kaltim bisa memasok di Utara dan Selatan. Sampai hari ini kami belum melihat ada penurunan kasus,” tukasnya.