BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Rencana pengolahan air laut menjadi air minum untuk mengantisipasi kekurangan air baku PDAM Balikpapan, nampaknya prosesnya masih cukup panjang. Hal itu diakui Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi.
Dia mengatakan, sebelumnya sudah ada investor dari Inggris yang telah menyatakan siap berinvestasi. Namun belakangan pemilik perusaahn yang akan berinvestasi tersebut meninggal. Sehingga harus menunggu proses pergantian.
“Kemarin kita sudah semangat untuk proses desalinasi, tapi ternyata mitranya yang di Inggris itu meninggal jadi ganti kepemilikan, banyak persyaratan lagi yang harus dipenuhi. Jadi masih proses panjang lagi,” ujarnya.
Menurutnya dia, sejak PDAM membuka kesempatan bagi investor yang ingin berinvestasi rencana pengolahan air laut menjadi air tawar cukup banyak yang tertarik. Namun karena ongkosnya yang mahal sehingga belum jelas.
“Banyak yang tertarik investasi, tapi kan harga bakunya mahal, karena itu perlu listrik jadi gak cocok ini,” ujarnya.
Kata dia, pengolahan air laut menjadi air tawar sasarannya justru industri, perhotelan hingga rumah-rumah mewah. Karena biayanya tarifnya yang akan sangat mahal. Sehingga akan sulit jika diterapkan ke masyarakat umum.
“Dia minimal 15 ribu per liternya sementara kita jual ada yang 2 ribu, ada yang 7 ribu ada yang 8 ribu jadi kan nombok,” jelasnya.
“Jadi kemarin itu rencananya karena 15 ribu itu tarif indutri, bandara, Coastalroad pelabuhan itu mampu bayar 15 ribu,”katanya.
Pelayanan air bersih masih menjadi persoalan akibat kekurangan air baku. Hal itu membuat capaian pelayanan atau sambungan baru belum mencapai 80 persen. “Capaian pelayanan tidak sampai 80 persen karena air bakunya,” ujarnya
Kata dia, selama ini PDAM Balikpapan hanya mengandalkan air baku dari Waduk Manggar, Sungai Wain, Waduk Tritip dan Embung Aji Raden yang saat ini masih proses pengerjaan. “Tapi itu kurang karena masih pakai sumur dalam juga,” tukasnya.