BALIKPAPAN,Inibalilpapan.com – Pemerintah Kota melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan terus melakukan monitoring terkait kualitas udara yang ada di Kota Balikpapan.
Kepala DLH Balikpapan Sudirman Djayaleksana mengatakan, untuk saat ini kondisi udara di Kota Balikpapan masih termonitor baik dari hasil pantauan alat pendeteksi kualitas udara yang ada dibeberapa titik di Kota Balikpapan.
“Sudah kami monitor dari kantor DLH dimana kualitas udara di Kota Balikpapan masih terbilang bagus, terlihat dari warga indikator yang masih hijau dan biru,” ujar Sudirman Djayaleksana kepada media, Senin (9/10/2023).
Dirman biasa Sudirman Djayaleksana mengatakan, adapun asap yang ada di Kota Balikpapan bukan berasal dari Balikpapan itu sendiri melainkan dari daerah tetangga seperti Banjarmasin dan Kalteng.
“Asap bukan dari Kota Balikpapan tapi kiriman, laporan dari BMKG Balikpapan belum titik api yang terlihat di Kota Balikpapan,” akunya.
DLH sejak 2003 memiliki tiga alat deteksi udara yang ditempatkan di tiga lokasi yakni depan Balikpapan Plaza, Simpag Balikpapan Baru dan simpang Muara Rapak.
Alat deteksi kualitas udara ini dibeli dari Italia dengan harga perunit Rp1,8 miliar. Sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 45 Tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara, dengan kategori Sedang berada pada rentang 51 – 100.
Meski masih kategori aman, namun pihaknya menghimbau agar masyarakat menggunakan masker jika beraktivitas diluar rumah mengingat kepekatan asap berbeda dan daya tahan tubuh manusia juga berbeda-beda.
Menurut Dirman fungsi dari alat tersebut untuk membaca parameter kualitas udara meliputi CO, O3, NO atau SO2.
“Untuk perbaikan tidak gampang karena alatnya buatan Italia,” akunya.
Diakui Dirman dulu alat tersebut mudah rusak, karena posisinya ditempatkan di luar ruangan, sehingga mudah sekali terkena sambaran petir.
“Dulu alat ini pernah tersambar petir. Sekarang sudah kita lengkapi penangkal petir,” jelasnya.
Selain itu, listrik yang tidak stabil menjadi masalah. Hal ini sangat mempengaruhi akurasi pembacaan dan rekam data. Pada tahun 2007 lalu, Pemkot Balikpapan mengalokasikan anggaran pemeliharaan sebesar Rp 300 juta per unit per tahun.
Pemeliharaan meliputi proses kalibrasi sensor, penggantian kipas sensor dan beberapa item lain mengacu kebutuhan alat.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Balikpapan mendeteksi sebanyak 317 titik panas yang tersebar pada tujuh kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
“Ke-317 titik panas tersebut terpantau sepanjang Sabtu (7/10) mulai pukul 01.00 hingga 24.00 WITA,” ujar Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman – Sepinggan BMKG Stasiun Balikpapan, Diyan Novrida, di Balikpapan.
Jumlah titik panas sebanyak ini mengalami penurunan ketimbang sehari sebelumnya yang tercatat ada 381 titik panas.
Titik panas merupakan indikator kebakaran hutan atau lahan (karhutla) yang terdeteksi dari suatu lokasi dimana suhu relatif tinggi dibandingkan dengan suhu di sekitarnya.