BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – setelah pada 2016 fokus pada pemeraraan infrastruktur maupun jaringan, tahun ini Telkomsel kembali focus pengembangan digital bisnis.

Salah satu yang menjadi sasaran yakni wilayah perbatasan maupun Indonesia. Karena dianggap memiliki potensi yang cukup besar. Tercatat ada 650 BTS yang berdiri di kawasan perbatasan.

Fokus ini juga diyakini kedepannya berpotensi mendongkrak penggunaan jaringan 4G. Karena 75 juta pengguna layanan data secara aktif, baru 12 juta pelanggan gunakan jaringan 4G.

General Manager (GM) External Corporate Communications Telkomsel Denny Abidin mengatakan pada 2017, data menjadi kebutuhan yang utama dalam komunikasi masa depan. Karena itu Telkomsel telah menjadikan diri sebagai perusahaan digital.

“Target revenue stream baru Telkomsel pada digital bisnis. Bicara ini bukan hanya di kota atau pulau jawa dan Sumatera tapi potensial besar juga ada didaerah- daerah timur Indonesia lseperti Kalimantan, Sulawesi dan Papua termasuk daerah perbatasan dan remote,” ujarnya.

Model digital bisnis yang fokus dikembangkan Telkomsel seperti Mobile financial servise, digital lifestyle, digital advertising, Machine to Machine.

“Nah yang Machine to Machine ini salah satu pemenang Nextdev itu menciptakan alat bisa bikin manusia berdialog dengan tumbuhan. Jadi alat itu kita kasih chip kita masukkan ke dalam tanah nanti melalui hp atau laptop bisa mengetahui kondisi tanaman itu kurang apa kurang apa kita tahu,” ujarnya.

Pesat perkembangan komunikasi yang dapat berimplikasi negatif, Telkomsel juta kata Denny juga mempunyai kewajiban memberikan edukasi Internet baik agar pengguna lebih pintar dalam mengakses atau memanfaatkan. Ini bukan hanya bagi pengguna internet kalangan perkotaan tapi juga bagi masyarakat perbatasan atau remote seperti Nunukan, Alor, Ambon, Raja Amat, Papua.

“Jadi tidak hanya membangun tapi juga bicara dampaknya apa sih dengan adanya BTS kita, jaringan kita dampak sosial seperti apa. Ini inline dengan tema Corporate Telkomsel membangun Indonesia digital,” katanya.

Di wilayah perbatasan termasuk di Kalimantan lewat program Telkomsel Merah Putih dan Universal Service Obligation (USO) hadir agar pengguna makin paham dan pintar dalam berinternet.

“Ketika kita membangun suatu keunggulan jaringan kita harus melihat dampak-dampak yang harus dimaksimalkan seperti dampak sosial seperti apa, secara ekonomi, gaya hidup, pendidikan, teknologi dan secara lingkungan,” tuturnya.

Telkomsel terus melanjutkan pembangunan dengan membuka jaringan super cepat 4G Long Term Evolution (LTE) agar komunikasi masyarakat sekitar tidak saja layanan basic berupa telepon dan SMS tapi juga berbasis digital.

Denny yang akrab disapa Ade ini mengungkapkan bisa saja suatu daerah yang awalnya hanya menikmati 2G lalu melompat mendapatkan fasilitas pelayanan 4G.

“Saat ini, jaringan yang tersedia di wilayah perbatasan masih 2G terutama lewat program USO. Dibanding membangun jaringan 3G lebih baik lompat ke jaringan 4G karena supaya pelanggan mendapat layanan lebih berkualitas,”ujarnya.

“Jadi kalau daerah itu tadi 2G tiba-tiba jumping 4G. kok 3G dilewati karena 3G itu hanya bridging teknologi dari basic service ke data service, ” sambungnya.

Komitmen Telkomsel ikut membuat jaringan komunikasi di wilayah perbatasan merupakan komitmen pada Kedaulatan Indonesia.

Dia menambahkan di perbatasan Indonesia ada sekitar 400 BTS Merah Putih dan ini hanya satu-satunya Telkomsel hadir.

“Tapi suatu saat kita yakin ekonomi akan tumbuh. Contoh di Nunukan itu banyak gunakan sinyal Malaysia tapi kita pasang langsung 3G,” tukasnya.

Comments

comments

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version