BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com— Program koversi BBM ke BBG bagi nelayan tidak sepenuhnya berjalan sesuai harapan. Padahal dari sisi efisiensi penggunaan mencapai 3 kali lipat.
Program ini sudah diluncurkan sejak 2015 silam Sesuai Perpres No.126 Tahun 2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga LPG untuk Kapal Perikanan bagi Nelayan Kecil, kriteria nelayan yang mendapatkan paket konverter kit BBM ke BBG antara lain nelayan yang memiliki kapal ukuran di bawah 5 Gross Tonnage (GT), berbahan bakar bensin atau solar dan memiliki daya mesin di bawah 13 Horse Power (HP). Kemudian disusul surat Kementerian ESDM Nomor 294 K/10/MEM/2018.
Bagi nelayan kecil di Balikpapan, Kaltim ukuran mesin kapal 6 horse power (hp), penggunaan BBG dinilai masih sangat relevan bahkan menguntungkan bagi nelayan. Tapi nelayan pengguna mesin kapal kecil jenis ketingting berkekuatan 6 hingga 13 horse power (HP) ke atas, penggunaan BBG menjadi kendala.
“Kadang-kadang penjualan gas langka, susah dapat. Pernah coba cuma dari teman-teman larinya kurang tidak seperti bensin, memang suaranya halus dibanding bensin. Jelas Hematan gas dibandingkan bensin,”tutur Ketua Kelompok Nelayan Setia Manunggal Abadi, Kelurahan Margo Mulyo, Tegowadi (52), Kamis (14/10/2021).
Saking sulitnya mendapatkan gas, diakui dari bantuan 10 mesin kapal kecil ukuran 6 dan 13 HP/PK ini tidak digunakan karena masih memilih menggunakan mesin kapal lama.
“Mesin kapal kita simpan, yang lama dipakai. Kalau pakai gas untuk masak saja susah apalagi dipakai melaut. Kita mau pakai sebagian besar kalau gasnya tersedia,”ungkapnya.
Jika ditaksir satu mesin kapal ukuran 13 Pk/Hp bersama komponen gas sekitar Rp10 juta sedangkan mesin berkuatan 6-7 pk sekitar Rp6-7 juta.
“Komponennya yang mahal dan tabun. Mayoritas nelayan kecuali ada kerjaan di darat. Ada ya Bubu kepitng , menjala, merenggek dan mincing. Kita ini nelayan pesisir sejak lahir memang tinggal di Margo Mulyo,”tuturnya.
Kelompok Nelayan Setia Abadi berada di Rt 42 nomor 8 kelurahan Margo Mulyo, Kecamatan Balikpapan Barat. Berjumlah 25 kepala keluarga. Ada 10 anggotanya yang mendapatkan bantuan mesin perahu ketingting pada 2020 lalu dari Kementerian ESDM.
“Kita memang nelayan kecil kan rumah di daerah pesisir. Bantuan dari pemerintah baru mesin kapala itu. Selama kita disini,”ucapnya.
Penyuluh Nelayan Akui Kendala Nelayan
Irfan seorang penyuluh nelayan dari Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Balikpapan mengaku kendala-kendala yang dihadapi nelayan Kota Balikpapan. Selain mesin sulit diengkol, penggunaan mesin kapal BBG bagi nelayan kecil sulit mendapatkan pasokan gas.
“Kalau bahan bakar gas itu mesinya susah ngengkolnya pak mesin 13 PK itu, keras pak. Kedua cepat panas terus ngak bisa dibawa laju. Tarikannya tidak secepat menggunakan bahan bakar solar/BBM. Itu jadi kendala,”bebernya.
“Mesin kecil itu bisa saja cuma perbedaan tetap ada. Ada sih yang pakai cum nggak semuanya lebih banyak yang menggunakan minyak. Mesinnya dipakai Cuma pakai minyak,”ujar Irfan yang wilayah kerja meliputi Balikpapan Barat dan Balikpapan Timur.
Dari sisi irit, menurutnya luar biasa yakni dapat mencapai 3 kali hemat dibandingkan menggunakan BBM. “Kalau dia sekali melaut beli BBM 100 ribu, pakai gas hanya 30 ribu saja. Hematnya bisa 3 kali lipat,”ungkapnya.
Dari Data Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Balikpapan, pada 2020 lalu terdapat 118 nelayan Balikpapan yang menerima bantuan mesin kapal ukuran 13 PK dan 6 PK dari Kementerian ESDM program konversi penggunaan BBM ke Gas bagi nelayan.
Nelayan Balikpapan yang bantuan ini tersebar di wilayah Manggar, Balikpapan Permai, Kariangau, Margo Mulyo, Balikpapan Barat.
Bahkan pembagian bantuan mesin kapal ukuran kecil berupa converter kit BBG ini diserahkan secara simbolis oleh Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Alimuddin Basso, akhir Oktober 2020 lalu.