BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Kota Balikpapan saat ini masih menghadapi krisis pasokan air bersih karena waduk tak terisi walaupun sering hujan. Maka saat ini PTMB menggilirkan air dengan sistem pembagian secara bergilir.
Ditengah sulitnya air baku, warga RT 39 Gunung Sari Ulu (GSU) Balikpapan Tengah memberikan contoh yakni membangun sumur bor secara mandiri. Bahkan sejak 1 Januari 2024 air bersih telah digunakan warga dengan cara membayar Rp15 ribu untuk per kubik. Namun selama delapan tahun terakhir, keberadaan sumur bor sudah dimanfaatkan warga namun airnya masih kuning.
Sejak awal Tahun ini, pemilik Muafi (49) lalu mengakali kualitas air dengan memberikan beberapa material penyaring seperti pasir laut, karang dan ijuk. Hasilnya air menjadi bersih dan tidak berbau.
Atas keuletan dan kegigihan ini serta hasil karya Muhafi ini ditinjau Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud bersama jajarannya. Rahmad didampingi Asisten Pemerintahan Zulkifli, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Andi MuhammadPatdli Yusri Ramli, Dirut PTMB dan jajaran, Camat Balikpapan Tengah Agung, Lurah Gunung Sari Ulu, LPM, dan Babinsa.
“Ya kami pemeritah sangat apresiasi warga yang mandiri membangun sumur bor, Balikpapan ini ada memang daerah tak terjangkau PDAM maka ini salah satu solusi yan bisa kami bangun bersama warga,” kata Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud usai meninjau lokasi.
“Maka dari itu ini warga RT 39 GSU menjadi contoh, air bor ini air bersih dan tidak bau, tapi saya harapkan di cek dulu ke lab karena kesehatan warga itu yang terpenting, dan infornasi Ph nya 7,6,” ujar Wali Kota.
Dari membangun sumur Bor, mampu mengalir air ke 48 rumah. Sehingga tak kesulitan saat krisis air. Karena lokasi yang tinggi atau terjal di atas bukit membuat air dari PDAM tak menjangku. Di tahun 2014 warga RT 39 GSU bersama Nur Ivansyah Ketua LPM GSU dan lainnya berinisiatif untuk membangun air bor tersebut.
“Air bor kedalaman 72 mater, dulu air masih kotor namun sekarang kami saring pakai filter, air bersih bisa di nikmati warga sekitar RT 13, kami dari sumbangan dana swadaya untuk membangun air ini,” ucap Nur Ivansyah saat di wawancara, di lokasi sumur bor.
“Warga bisa lebih menghemat ketimbang membeli air di luar, ini menjadi contoh tentu nanti di daerah gunung sari lainnya akan di bangun juga kedepan,” pungkasnya.
Ditengah kesulitan warga Balikpapan mendapatkan pelayanan air bersih, apa yang dilakukan Muafi (49) warga RT 39 Gunung Sari Ulu ini patut diapresiasi.
Pasalnya, pria ramah ini mampu memanfaatkan sumur bor untuk keperluan air bersih sehari-hari bukan untuk pribadi sendiri tapi juga disalurkan ke rumah-rumah warga.
“Awal mula itu buat sumur bor tahun 2013 silam, termasuk beli tandon 3 buah dengan berbagai ukuran dan membuat bak penampungan untuk penyaring air sumur bor,” ujar Muafi kepada Inibalikpapan.com, Selasa (30/1/2024).
Muafi menambahkan, untuk modal yang digunakan memang cukup besar, untuk buat sumur bor dengan kedalaman 100 meter dan pemasangan pipanya, dirinya harus membayar Rp 25 juta. Belum lagi untuk membeli 3 tandon dengan kisaran harga Rp 1,5 juta hingga Rp 3,5 juta dan membuat bak penampungan penyaring.
Dan terakhir pembuatan bak penampungan 3×6 dengan kedalaman 8 meter dengan biaya lebih dari 10 juta. Bak penampungan air ini ditutup dengan jaring hitam untuk keaman dan kebersihan air dari sampah.
“Modalnya besar juga, tapikan kami butuh air bersih untuk keperluan sehari-hari,” akunya.
Apalagi air sumur bor yang dibuatnya juga dirasakan warga sekitar, dimana dulu warga hanya bermodalkan pipa sendiri bisa menikmati air bersih ke rumah-rumah masing-masing, tapi sekarang dirinya sudah memasangkan alat kilometer, sehingga tahu kapasitas pemakaian air setiap rumah.
“Satu kubik saya cuma kasih Rp 15 ribu,” ujarnya.
Sebelumnya diakui meski airnya berlimpah namun kualitas air belum bagus karena kuning dan berbau. Namun belum lamanya ini dia memanfaatkan bahan material untuk penyaringan seperti pasir laut, batu karang dan ijuk. Sehingga sekarang ini kualitas airnya layak pakai untuk MCK termasuk minum.
Lanjut Muafi, sebelumnya beban warga untuk memenuhi kebutuhan air sangat tinggi dengan membeli menggunakan tandon.
“Kasihan warga kalau mereka beli air tandon itu harganya cukup mahal sekitar Rp 90 ribu satu tandon ukuran 1.200 liter. Itupun hanya cukup 3 hari, bagaimana kalau sebulan, cukup besar biayanya cuma untuk beli air tandon. Coba kalikan saja biayanya” katanya.
Muafi mengaku senang dengan hasil karyanya ini karena bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar yang sudah lama kesulitan air karena berada di daerah perbukitan. ” Ya alhamdulillah senang disamping ada pemasukan juga sekalian bisa beramal juga, ” tuturnya.