Waspada! Daerah Padat Penduduk Risiko Penularan TBC Tinggi

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terus meningkatkan deteksi dini tuberkulosis (TBC) melalui optimalisasi skrining sebagai bagian dari Program Hasil Cepat Terbaik (PHCT) atau Quick Win yang dicanangkan Pemerintah.
Langkah ini bertujuan mempercepat penemuan kasus TBC, terutama di daerah padat penduduk yang memiliki risiko tinggi penyebaran penyakit.
Fokus Penemuan Kasus di Daerah Padat Penduduk
Masyarakat yang tinggal di wilayah padat penduduk menjadi sasaran utama deteksi TBC. Investigasi kontak dilakukan oleh tenaga kesehatan dan kader, dengan minimal 8 orang diperiksa untuk setiap kasus TBC yang ditemukan.
Menurut Sekretaris Ditjen Penanggulangan Penyakit, dr. Yudhi Pramono, kepadatan penduduk meningkatkan risiko penyebaran TBC karena keterbatasan ruang dan buruknya sirkulasi udara.
BACA JUGA : TBC kaltim
Studi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta oleh Triana Srisantyorini dkk. juga menemukan korelasi signifikan antara kepadatan penduduk dan peningkatan kasus TBC di DKI Jakarta periode 2017-2019.
Teknologi PCR dan TCM untuk Diagnostik TBC
Kemenkes RI mengadopsi teknologi Polymerase Chain Reaction (PCR) sebagai metode diagnostik utama untuk TBC. PCR TBC memiliki sensitivitas tinggi dalam mendeteksi DNA Mycobacterium tuberculosis (MTB) dan resistensi obat yang tidak dapat ditemukan melalui metode mikroskopis (Bakteri Tahan Asam/BTA).
Berdasarkan Surat Edaran (SE) Dirjen P2P Nomor HK.02.02/III.1/936/2021, Tes Cepat Molekuler (TCM) berbasis PCR ditetapkan sebagai alat diagnostik utama di Indonesia. Hingga saat ini, terdapat sekitar 2.430 unit TCM yang tersebar di seluruh provinsi dan kabupaten/kota.
Inovasi Diagnostik: Tongue Swab untuk TBC
Salah satu tantangan dalam diagnosis TBC adalah pengambilan spesimen dahak yang sulit diperoleh dari beberapa pasien. Untuk mengatasi kendala ini, Indonesia sedang melakukan studi validasi klinis penggunaan spesimen tongue swab (usap lidah) sebagai alternatif sampel diagnostik PCR.
Penelitian ini dikerjakan oleh Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) dengan dukungan dari Bill & Melinda Gates Foundation. Studi ini diperkirakan selesai pada Februari 2025. Jika validasi berhasil, inovasi ini akan menjadi solusi bagi pasien yang kesulitan mengeluarkan dahak, sehingga meningkatkan efisiensi deteksi TBC.
Upaya Pemerintah dalam Eliminasi TBC 2030
Sebagai bagian dari strategi Quick Win Kesehatan, pemerintah menargetkan eliminasi TBC di Indonesia pada 2030, sejalan dengan target global WHO. Beberapa strategi utama yang diterapkan meliputi:
- Optimalisasi skrining di daerah padat penduduk untuk menemukan lebih banyak kasus TBC sejak dini.
- Penguatan layanan diagnostik dengan teknologi PCR dan TCM yang cepat dan akurat.
- Percepatan penelitian inovasi diagnosa berbasis spesimen air liur sebagai alternatif dahak.
- Investigasi kontak agresif dengan minimal 8 orang diperiksa untuk setiap kasus TBC.
Dengan strategi yang terintegrasi dan dukungan dari tenaga kesehatan, kader, serta masyarakat, pemerintah optimis dapat menekan angka kejadian TBC secara signifikan di Indonesia./ riis Kemenkes
BACA JUGA