Top Header Ad

Pertama Kalinya, Korea Utara Beritakan Krisis Darurat Militer Korea Selatan

Darurat Militer Korea Selatan
Protes masyarakat atas pemberlakuan darurat militer Korsel beberapa waktu lalu (X/@Peace)

PYONGYANG, inibalikpapan.com – Media pemerintah Korea Utara (Korut) KCNA beritakan kekacauan politik yang sedang berlangsung di Korea Selatan (Korsel) sejak upaya darurat militer Presiden Yoon Suk Yeol untuk pertama kalinya pada Rabu (11/12/2024).

Setelah bungkam selama seminggu, KCNA menerbitkan sebuah artikel tentang kerusuhan sosial yang berkembang di Selatan karena krisis darurat militer.

Laporan tersebut tidak memberikan banyak komentar. Tetapi sebagian besar memuat laporan media Korea Selatan dan internasional.

Fokusnya pada serangkaian protes yang diikuti oleh lebih dari satu juta orang yang menyerukan pemakzulan Yoon.

“Boneka Yoon Suk Yeol, yang telah menghadapi krisis serius pemerintahan dan pemakzulan. Ia mengumumkan darurat militer secara tak terduga dan melepaskan senjata kediktatoran fasis kepada rakyat,” kata KCNA.

“Tindakannya yang gila, yang mengingatkan kita pada kudeta selama kediktatoran militer beberapa dekade lalu. Hal ini telah menuai kecaman keras dari semua lapisan masyarakat, termasuk partai oposisi, dan semakin mengobarkan semangat publik untuk pemakzulan.”

Perintah darurat militer yang mengejutkan minggu lalu memicu kekhawatiran tentang kekosongan kekuasaan.

Hal ini juga sempat mengakibatkan kekacauan ekonomi ke dalam krisis konstitusional.

Seorang Penyiar Korea Selatan Sempat Ketakutan Dengan Pemberlakuan Darurat Militer

Seorang awak media veteran Korea Selatan Kim Ou-joon mengatakan dia meninggalkan rumah dan bersembunyi beberapa menit setelah Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkan darurat militer.

Ia takut akan keselamatan jiwanya setelah dapatkan informasi bahwa dia dalam bahaya. Kim katakan dia tidak menonjolkan diri selama 36 jam di tempat yang “jauh”.

Meskipun Yoon mencabut darurat militer pada Rabu pagi setelah parlemen menolak keputusan tersebut.

“Saya pikir saya akan mati,” kata penyiar itu kepada Reuters dalam sebuah wawancara di studionya di Seoul.

Sementara sebagian besar perhatian publik tertuju pada parlemen, kemudian terungkap bahwa tentara juga mendatangi komisi pemilihan nasional dan studio Kim malam itu.

Bagian dari perintah darurat militer tersebut mencakup pernyataan bahwa media harus berada di bawah kendali pemerintah.

Tetapi Kim, yang condong ke kiri dan anti kemapanan, tampaknya menjadi satu-satunya tokoh media yang menjadi sasaran.

Rekaman video yang Reuters dapatkan dari oleh studio News Factory milik Kim menunjukkan sedikitnya 20 tentara bersenjata tiba di luar gedung studio di pusat kota Seoul.

Namun, Kim berada di rumah, dan tidak jelas apakah tentara juga dikirim ke sana.

Penyiar tersebut menyelenggarakan acara paginya di YouTube, dan memiliki hampir 1,8 juta pengikut.

“Dua bus, satu truk, dan satu kendaraan komando… dan beberapa pasukan darurat bersenjata yang kami rekam di kamera tiba di kantor,” kata Kim. “Jelas ada tim penangkapan yang sedang beroperasi dan mereka berusaha menguasai kantor kami.”

Hong Jang-won, mantan wakil direktur badan mata-mata Korea Selatan, bersaksi kepada komite intelijen parlemen minggu lalu bahwa Kim termasuk di antara mereka yang menghadapi perintah penangkapan bersama politisi terkemuka dan seorang pejabat serikat pekerja, menurut anggota panel Kim Byung-kee.

Komandan unit perang khusus tentara Korsel katakan selama sidang parlemen pada hari Selasa bahwa Yoon telah memerintahkannya untuk  menyeret anggota parlemen dari parlemen setelah ia mengumumkan darurat militer.

Ia juga mengatakan bahwa dapat perintah menutup parlemen, markas besar partai oposisi utama, dan kantor Kim tempat perusahaan jajak pendapatnya, Flower Research.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.