DKUMKMP Balikpapan Gelar Workshop Pendampingan Untuk Kesehatan Koperasi

BALIKPAPAN, inibalikpapan.com– Upaya meningkatkan kesehatan koperasi menjadi perhatian utama dalam pengelolaan dan pengembangannya sepanjang 2024. Dalam rangka mendorong koperasi yang lebih sehat dan berkelanjutan, Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian Balikpapan menggelar Pelatihan Pembuatan Laporan Kesehatan Koperasi, di Whiz Prime Balikpapan, Rabu (26/2/2025).
Pelatihan ini diikuti 31 Koperasi berbagai yang ingin memperbaiki tata kelola serta meningkatkan transparansi laporan keuangan mereka.
Kepala Bidang Penilaian Kesehatan Kementerian Koperasi, Febri Andri Yadi, yang hadir sebagai pemateri. Ia menekankan pentingnya peran pengurus dan pengelola dalam menjaga kesehatan koperasi.
“Dalam pengelolaan koperasi, peran pengurus dan pengelola sangat penting. Pengurus inti bertanggung jawab atas kebijakan strategis, sementara pengelola termasuk karyawan harus menjalankan operasional harian,” jelasnya.
Salah satu peserta pelatihan, Syarifuddin dari Koperasi Tirta Damai Sejahtera Balikpapan, mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya memenuhi indikator koperasi sehat dengan menyusun laporan keuangan yang baik dan memastikan keaktifan anggota. “Tahun 2024 lalu cukup sehat. Tahun 2025 ditargetkan jadi sehat,” ujarnya.
Empat Aspek Utama Kesehatan Koperasi

Kabid koperasi Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Balikpapan Gina Andriyani bersama Kepala Bidang Penilaian Kesehatan Kementerian Koperasi, Febri Andri Yadi
Dalam pelatihan tersebut, peserta mendapat bimbingan untuk memahami empat aspek utama dalam menyehatkan koperasi. Yakni profil risiko, organisasi dan kelembagaan, keuangan dan permodalan, serta tata kelola.
Ia menambahkan, koperasi harus mampu mengidentifikasi dan memetakan potensi risiko dalam operasionalnya. Guna mengantisipasi berbagai hambatan yang dapat mengganggu keberlanjutan usaha. Struktur organisasi yang baik, kepemimpinan yang efektif, serta kepatuhan terhadap regulasi menjadi faktor penting dalam memperkuat koperasi.
Selain itu, aspek keuangan menjadi penentu utama kesehatan koperasi. Ini mencakup kelancaran pembayaran kewajiban, keberlanjutan usaha, serta kemampuan menghasilkan Sisa Hasil Usaha (SHU). Manajemen yang baik juga harus diterapkan agar koperasi bisa berjalan secara efektif dan efisien. Termasuk dalam strategi bisnis, transparansi, serta keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan.
Febri menjelaskan bahwa dalam penilaian kesehatan koperasi, aspek keuangan mendapat bobot tertinggi sebesar 40 persen, lalu tata kelola 30 persen, serta aspek lainnya sebesar 30 persen.
“Hal ini menunjukkan bahwa meskipun regulasi dan manajemen penting, koperasi tidak bisa dianggap sehat jika kondisi keuangannya bermasalah,” jelasnya.
Selain faktor manajemen dan keuangan, partisipasi anggota juga berperan besar dalam kesehatan koperasi. Febri menekankan bahwa anggota koperasi bukan hanya pengguna layanan, tetapi juga pemilik yang harus berkontribusi aktif dalam usaha koperasi. “Semakin tinggi keterlibatan anggota, semakin besar peluang koperasi untuk berkembang,” tandasnya.
Di tengah upaya menuju koperasi yang lebih sehat, sejumlah tantangan masih menghambat pertumbuhan koperasi di Indonesia. Beberapa kendala utama yang sering muncul antara lain perubahan regulasi yang terus berkembang dan menuntut koperasi untuk cepat beradaptasi, kurangnya partisipasi anggota yang berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha koperasi, serta manajemen keuangan yang lemah yang berisiko menyebabkan kegagalan usaha bahkan kebangkrutan koperasi.
Febri menegaskan bahwa membangun koperasi yang sehat bukan hanya tanggung jawab pengurus, tetapi juga seluruh anggota.***
BACA JUGA