SMPN 6 Anggana Jadi Sekolah Rujukan Google, Meski Hadapi Krisis Air dan Kekurangan Guru
SEPATIN, Inibalikpapan.com – Di tengah keterbatasan fasilitas dan letak yang terpencil, SMP Negeri 6 Sepatin, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) berhasil menorehkan prestasi membanggakan.
Sekolah yang berada di wilayah pesisir Delta Mahakam itu kini resmi menjadi sekolah rujukan Google (Google Reference School) — sebuah pencapaian yang jarang dimiliki sekolah di daerah terpencil.
Kepala SMPN 6 Sepatin, Tandarman, mengatakan bahwa status tersebut diraih berkat kerja keras seluruh guru yang beradaptasi dengan teknologi digital dan pembelajaran berbasis Google.
“Tapi untuk menjadi sekolah rujukan Google itu tidak mudah, banyak tahapan dan syarat yang harus dipenuhi,” ujarnya.
Menurut Tandarman, proses menuju sekolah rujukan Google dimulai dari pendaftaran dan serangkaian tes sertifikasi guru. Setiap pendidik diwajibkan memiliki sertifikat Google Certified Educator Level 1, serta menjalani wawancara dan penilaian praktik pembelajaran digital.
“Kami dites satu per satu, termasuk guru dan kepala sekolah. Semua harus menunjukkan contoh modul, pembelajaran, dan cara penggunaan tools Google di kelas,” jelasnya.
Belajar Digital dengan Chromebook dan Papan Interaktif
Kini, SMPN 6 Sepatin mengombinasikan sistem pembelajaran konvensional dengan teknologi digital. Seluruh kegiatan belajar mengajar dilakukan melalui Google Classroom dan perangkat Chromebook yang disediakan pemerintah.
“Kami menggunakan papan digital bantuan pemerintah dan sistem pembelajaran berbasis aplikasi Google. Semua guru sudah terbiasa memakai teknologi itu dalam mengajar,” tambah Tandarman.
Keberhasilan ini membuat SMPN 6 Sepatin mulai menjadi rujukan bagi sekolah lain di Kutai Kartanegara. Beberapa sekolah, seperti SMPN 5 Anggana, disebut telah diajak untuk mengikuti langkah serupa.
Tantangan: Krisis Air dan Minim Guru
Meski berprestasi di bidang digital, sekolah ini tetap menghadapi tantangan berat khas wilayah pesisir. Salah satunya adalah krisis air bersih yang kerap menyulitkan guru dan siswa.
“Air bersih jadi kendala utama. Kami hanya mengandalkan tadah hujan. Kadang guru-guru tidak bisa mandi dua hari karena air terbatas,” ungkapnya.
Selain itu, SMPN 6 Sepatin masih kekurangan tenaga pengajar. Saat ini hanya ada tujuh guru, termasuk kepala sekolah, padahal idealnya minimal sebelas guru untuk 54 siswa kelas 7 dan 8.
“Kami masih kekurangan guru dan belum punya tenaga administrasi (TU). Semua urusan administrasi masih saya tangani sendiri,” ujarnya.
Sekolah Kecil, Semangat Besar
Meski dihadang keterbatasan, semangat guru dan siswa SMPN 6 Sepatin tak pernah padam. Capaian sebagai sekolah rujukan Google di kawasan pesisir menjadi bukti bahwa komitmen terhadap pendidikan bisa menembus segala batas.
“Kami ingin menunjukkan bahwa sekolah di pesisir juga bisa maju dan berdaya saing, asalkan punya kemauan dan semangat belajar yang tinggi,” tutup Tandarman penuh optimisme.
BACA JUGA
