Enam Film Indonesia Tayang di Festival Cannes 2025, Dari ‘Jumbo’ hingga ‘Monster Pabrik Rambut’

BALIKPAPAN, inibalikpapan.com – Industri perfilman Indonesia kembali mencatatkan prestasi membanggakan di kancah global. Kali ini dengan kehadiran sejumlah film Tanah Air dalam rangkaian Festival Film Cannes 2025.
Keikutsertaan film-film ini mendapat dukungan langsung dari pemerintah melalui kehadiran Paviliun Indonesia dari oleh Kementerian Kebudayaan. Ini menjadi wujud apresiasi terhadap para sinea. Karena karyanya menembus ajang festival bergengsi dunia tersebut. Film apa saja yang tayang?
Jumbo
Salah satu yang menyita perhatian adalah Jumbo, film animasi karya Ryan Adriandhy yang kini menyandang predikat sebagai film animasi Indonesia terlaris sepanjang masa. Per 1 Mei 2025, film ini telah mendapat tayangan lebih dari 8 juta orang. Cerita tentang Don, seorang anak bertubuh besar yang kerap mendapat intimidasi, menyentuh penonton dari berbagai usia dan mendapat pujian luas atas kualitas visual dan kedalaman narasinya.
Jumbo jadwalnya akan mendapat jatah presentasi di Marché du Film, segmen pasar dari Cannes Film Festival yang menjadi pintu penting distribusi internasional.
Monster Pabrik Rambut
Film lainnya yang juga akan tampil di Marché du Film adalah Monster Rambut Pabrik, yang dikenal dengan judul internasional Sleep No More. Karya besutan sutradara Edwin dengan naskah yang menggandenf penulis Eka Kurniawan. Film ini merupakan hasil kolaborasi antara Indonesia, Singapura, Jepang, dan Jerman.
Sementara itu, debut penyutradaraan Reza Rahadian lewat film Pangku juga mendapat panggung tersendiri dalam program HAF Goes to Cannes. Sebelumnya, film ini telah memenangkan penghargaan di JAFF Future Project 2024 dan HAF Hong Kong 2025. Pangku menyuguhkan realitas getir dari praktik “kopi pangku” di Pantura, dengan sorotan pada perjuangan perempuan di tengah himpitan ekonomi dan norma sosial.
The Mourning Journey
Tak ketinggalan, The Mourning Journey, film terbaru garapan Garin Nugroho dan rumah produksi Visinema Pictures, juga tampil di Marché du Film sebagai proyek ko-produksi internasional. Film ini menggambarkan perjalanan emosional seorang ibu yang mencari makna hidup pasca kehilangan anaknya. Penampilan Christine Hakim dalam film ini menandai kembalinya sang aktris senior ke Cannes. Setelah sebelumnya hadir dalam penayangan Tjoet Nja’ Dhien pada 1989—film Indonesia pertama yang diputar di festival tersebut.
Ikatan Darah
Film aksi Ikatan Darah yang Iko Uwais produseri dan disutradarai oleh Sidharta Tata juga turut meramaikan Cannes tahun ini. Film tersebut bercerita tentang mantan atlet pencak silat yang terjebak dalam jaringan lintah darat demi menyelamatkan kakaknya. Livi Ciananta, Derby Romero, dan Teuku Rifnu Wikana mengisi jajaran pemeran utama dalam film penuh aksi ini.
Renoir
Yang paling mencuri perhatian mungkin adalah Renoir. Film besutan sutradara Jepang Chie Hayakawa yang diproduksi oleh KawanKawan Media bersama mitra dari Jepang, Prancis, Filipina, dan Singapura. Renoir tidak hanya menjadi satu-satunya film dengan keterlibatan Indonesia yang masuk kompetisi utama Cannes tahun ini. Tetapi juga didukung oleh Yulia Evina Bhara sebagai produser. Yulia sendiri menjadi juri untuk program Critics Week atau Semaine de La Critique Cannes 2025, yang semakin memperkuat posisi strategis sinema Indonesia di kancah internasional.
Kehadiran sejumlah film tersebut tidak hanya menjadi pencapaian artistik semata, tetapi juga menjadi sinyal kuat bahwa sinema Indonesia tengah memasuki fase baru yang lebih percaya diri, kolaboratif, dan siap bersaing di panggung dunia.***
BACA JUGA