Geliat Belanja Fashion di Plaza Balikpapan Menurun, Sektor F&B Kini Jadi Andalan

BALIKPAPAN, inibalikpapan.com – Tren belanja masyarakat di awal tahun 2025 menunjukkan pergeseran signifikan. Jika sebelumnya sektor fashion menjadi andalan pusat perbelanjaan, kini giliran sektor Food and Beverage (F&B) yang mencatat lonjakan.
General Manager Plaza Balikpapan, Aries Adriyanto, mengungkapkan bahwa terjadi penurunan konsumsi di kategori non-F&B. Khususnya fashion, sementara transaksi di sektor kuliner justru melonjak.
“Memang ada penurunan di belanja non-F&B, terutama fashion. Kalau dulu satu pengunjung bisa beli lima pasang pakaian, sekarang mungkin hanya satu. Tapi untuk F&B, tidak terlalu terdampak karena kebutuhan makan tidak bisa kita tinggalkan,” kata Aries, Minggu (20/4/2025).
Ia menjelaskan, harga-harga di sektor F&B masih tergolong kompetitif, membuatnya tetap menjadi pilihan utama pengunjung. Perubahan gaya hidup yang menjadikan wisata kuliner sebagai bagian dari aktivitas keluarga turut menjadi faktor pendorong.
“F&B kini menjadi tujuan keluarga. Makan bersama jadi pilihan utama, dan itu menggeser porsi belanja di mal,” ujarnya.
Saat ini, porsi belanja untuk sektor F&B di Plaza Balikpapan telah mencapai 45–50 persen, meningkat tajam dari sebelumnya yang hanya sekitar 25 persen. Sementara fashion, sepatu, dan aksesori mengalami penurunan kontribusi.
Tren serupa juga terlihat di kota lain di Kalimantan Timur seperti Samarinda. Meski jumlah pengunjung meningkat, pertumbuhannya tidak merata.
“Di Balikpapan cukup meningkat karena tenannya beragam. Di Samarinda juga begitu, keberagaman tenant jadi daya tarik,” tambah Aries.
Pada momen Lebaran lalu, Plaza Balikpapan menggelar beragam hiburan keluarga seperti pertunjukan sulap (magic show), yang terbukti efektif menarik minat pengunjung, terutama anak-anak.
“Kalau anak-anak datang, orang tua pasti ikut. Ada dampaknya di situ,” ujarnya.
Namun secara keseluruhan, belanja fashion tercatat turun sekitar 2 persen dibanding tahun lalu. Sebaliknya, sektor F&B mengalami lonjakan transaksi hingga 25 persen.
“Ini bisa jadi fenomena baru. Masyarakat Kalimantan Timur kini lebih rela mengalokasikan dana untuk pengalaman makan bersama keluarga ketimbang belanja pakaian,” tutupnya.***
BACA JUGA