Rusia dan Iran Tandatangani Kerjasama Baru Jelang Pelantikan Donald Trump


MOSKOW, inibalikpapan.com – Hanya tiga hari sebelum pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Rusia dan Iran tandatangani perjanjian kerjasama baru.
Langkah ini memfokuskan kembali perhatian pada kemitraan yang menjadi pemicu perang di Ukraina untuk tantang tatanan internasional inisiasi AS.
Bahkan ketika pemerintahan baru AS menjanjikan keterlibatan yang lebih besar dengan Rusia.
Rusia dan Iran berbagi masa lalu yang rumit, dibumbui konflik, dan bahkan sekarang berada di garis tipis antara kerja sama dan ketidakpercayaan.
Namun, perang di Ukraina telah mendekatkan kedua negara.
“Gagasan untuk menjadikan Amerika Serikat bukan hanya sebagai musuh, tetapi juga sebagai tujuan strategis dari seluruh kebijakan luar negeri mereka telah menyatukan mereka,” kata Jon Alterman, direktur Pusat Timur Tengah di Pusat Studi Strategis dan Internasional, sebuah lembaga di Washington, D.C., kata CNN.
Presiden Rusia Vladimir Putin memuji perjanjian kerjasama baru bersama Iran itu dan menyambut baik kesempatan untuk membahas kemitraan strategis yang sedang berkembang.
Sedangkan Presiden Iran Masoud Pezeshkian, mengatakan hubungan antara kedua negara semakin baik.
Berbeda dengan pakta keamanan Rusia dengan Korea Utara, kesepakatan dengan Iran tidak mengharuskan kedua negara untuk saling membela jika salah satu diserang.
Hanya tidak memberikan bantuan militer atau bantuan lainnya kepada penyerang.
Operasi Militer di Ukraina Tak Berhasil di Awal 2022
Pada bulan Juli 2022, lima bulan setelah invasi besar-besarannya ke Ukraina, Putin mengunjungi Teheran, perjalanan masa perang pertamanya di luar bekas wilayah Soviet.
Tetapi operasi militer khusus nya tidak berjalan sesuai rencana.
Pasukannya telah kehilangan banyak keuntungan awal saat diusir dari wilayah Kyiv – dan terus kehilangan lebih banyak lagi di akhir tahun itu dalam dua serangan balik Ukraina yang berhasil.
Beralih ke Teheran membuahkan hasil bagi Rusia.
Berkat penandatanganan kesepakatan setelah kunjungan itu, Rusia kini memproduksi ribuan pesawat tak berawak serang (drone) Shahed rancangan Iran, di sebuah pabrik di Tatarstan.
Drone-drone ini telah menjadi tulang punggung perang atrisi Moskow, wilayah sipil dan infrastruktur energi dalam upaya untuk mematahkan tekad rakyat Ukraina dan menguras pertahanan udaranya.
Moskow juga, menurut AS, telah menerima pengiriman rudal balistik Iran. Hal ini menjadi alasan pemberian izin AS kepada Ukraina untuk menembakkan rudal jarak jauh ke target militer di Rusia.
Dua setengah tahun sejak kunjungan Putin ke Teheran, dinamika telah berubah secara nyata di kedua belah pihak.
Menunggu Kebijakan Donald Trump
Rusia sekarang memiliki keuntungan di Ukraina. Mereka menguasai wilayah di garis depan timur dan, dengan bantuan tentara Korea Utara, perlahan-lahan mendorong Ukraina kembali ke wilayah Rusia di Kursk.
Pemerintahan Trump yang baru, dengan dukungannya yang nyaris tertutup terhadap Moskow, ingin memulai perundingan.
Pihaknya bersuara lantang membiarkan Rusia mempertahankan wilayahnya dan mendudukinya, serta menunda upaya Ukraina untuk menjadi anggota NATO.
Namun, kerjasama baru Iran dan Rusia ini mungkin akan mengubah keputusan AS untuk berunding dengan Vladimir Putin.
BACA JUGA