Top Header Ad

Rumah Sudah Hancur, Warga Gaza Dirikan Tenda Untuk Tempat Tinggal

Rumah Warga Gaza
Tampak seorang warga Gaza mengecek rumahnya yang sudah hancur (X/@ChinaDaily)

GAZA, inibalikpapan.com – Rumah warga Palestina di Gaza utara hancur sehingga mereka menyiapkan tenda perkemahan sebagai tempat tinggal, Kamis (23/1/2025).

Warga berbondong-bondang kembali ke daerah asal mereka sesuai dengan jadwal kesepakatan gencatan senjata Israel dan Hamas.

Pada tanah terbuka yang dengan sekeliling oleh bangunan-bangunan yang hancur, sekelompok pria mulai mendirikan deretan tenda putih.

Mereka hendak menerima keluarga yang berencana untuk kembali ke utara pada hari Sabtu.

Saat itu kelompok militan Palestina Hamas akan membebaskan gelombang kedua sandera sebagai imbalan atas puluhan warga Palestina yang Israel penjarakan.

Ratusan ribu warga Palestina diprediksi kembali ke Jalur Gaza utara akan kembali ke rumah-rumah yang hancur setelah serangan militer Israel selama 15 bulan.

Serangan tersebut tewaskan lebih dari 47.000 warga Gaza.

Pada bulan Oktober, militer Israel (IDF) kembali ke daerah-daerah di utara dalam operasi anti-Hamas besar yang berfokus pada kamp pengungsi Jabalia dekat Kota Gaza dan kota-kota Beit Hanoun dan Beit Lahiya.

Mereka berusaha mencari persembunyian Hamas dari penduduknya dan merobohkan sebagian besar bangunannya.

“Apakah ini tenda yang kita impikan? Tenda ini harus muat untuk 10 orang. Tenda ini untuk anak-anak saya yang datang dari selatan. Benarkah ini cukup?” tanya Wael Jundiya.

Ia siapkan tenda untuk anak-anaknya yang akan kembali dari tempat berlindung mereka di wilayah pesisir Mawasi di selatan.

“Pada hari Sabtu, orang-orang akan datang dari selatan dan membanjiri Gaza (Kota), ke mana mereka akan pergi? Kamp ini akan menampung 100, 200 orang. Akan ada 1,5 juta orang yang datang dari selatan,” kata Jundiya kepada Reuters.

Hamas menerbitkan sebuah pernyataan pada hari Kamis yang mengatakan bahwa pemulangan keluarga-keluarga yang mengungsi akan dimulai setelah pertukaran pada hari Sabtu selesai dan setelah pasukan Israel telah ditarik keluar dari jalan pesisir ke utara.

Setidaknya empat sandera diperkirakan akan diserahkan ke Israel pada hari Sabtu.

Menyoroti kekhawatiran banyak warga Palestina tentang seberapa kuat gencatan senjata bertahap itu, penembakan tank Israel menewaskan dua warga Gaza di Rafah di selatan daerah kantong itu, kata layanan darurat sipil setempat.

IDF mengatakan mereka sedang menyelidiki laporan tersebut.

Hamas mengatakan bahwa mereka yang dapat izin kembali hanya boleh berjalan kaki di sepanjang jalan pantai.

Hal ini berarti berjalan kaki beberapa mil ke wilayah utara resmi tempat mereka dapat mencoba mendapatkan tumpangan dengan kendaraan melewati pos pemeriksaan.

Orang-orang yang kembali tidak boleh membawa senjata, kata Hamas.

Hamas Minta Bantuan Internasional Pulihkan Rumah Warga Gaza

Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kelompok itu sedang berhubungan dengan beberapa pihak Arab dan internasional yang akan membantu dalam operasi pengembalian dan bantuan, termasuk menyediakan tenda.

Dia mengatakan Hamas, yang memerintah daerah kantong itu, akan segera mulai bekerja untuk memperbaiki rumah-rumah yang tidak hancur sepenuhnya.

“Kami akan mengerahkan semua kemampuan kami untuk membantu warga kami. Pemerintah kota telah menyiapkan rencana untuk menyambut keluarga yang kembali ke utara, termasuk mendirikan tenda untuk mereka,” katanya kepada Reuters.
Di Jabalia banyak yang kembali tinggal di dalam rumah mereka yang hancur, menyalakan api unggun kecil untuk menghangatkan anak-anak mereka.

Jabalia adalah kamp pengungsi terbesar dari delapan kamp pengungsi bersejarah di Jalur Gaza, dan menjadi fokus serangan IDF dalam tiga bulan terakhir,

“Mereka berbicara tentang gencatan senjata, gencatan senjata, dan pengiriman bantuan. Sudah tiga hari sejak kami kembali, dan kami tidak dapat menemukan air minum. Kami tidak dapat menemukan selimut untuk menghangatkan anak-anak kami. Kami bergantung pada api unggun sepanjang malam. Kami ingin memiliki kayu bakar untuk api unggun, kami menggunakan plastik, yang menyebabkan penyakit,” kata Mohammed Badr, seorang ayah dari 10 anak.

Istrinya, Umm Nidal, sedih dengan kehancuran total itu.

“Tidak ada yang tersisa semua rumah-rumah runtuh satu per satu. Kita tidak tahu ini rumah kita atau bukan,” katanya.

Tinggalkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.