Sinopsis ‘Sampai Nanti, Hanna!’: Film yang Ajak Kita Lawan Hubungan Toxic

JOGJA, inibalikpapan.com – Pemutaran perdana film “Sampai Nanti, Hanna!” di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) pada Selasa (3/12/2024) mendapat sambutan hangat dari penonton. Acara yang berlangsung di Empire XXI Jogja ini menghadirkan sesi diskusi menarik bersama para pemain dan kru film.

Sutradara Agung Sentausa mengungkapkan bahwa film ini terinspirasi dari pengalaman nyata yang banyak orang alami. Ia menekankan bahwa pesan utama film ini adalah keberanian untuk meninggalkan hubungan yang salah.

Febby Rastanty, pemeran Hanna, membagikan pengalamannya memerankan karakter yang emosional. “Membawa rasa sakit Hanna ke layar lebar bukan hal mudah, tapi itu penting. Banyak orang sepertinya yang butuh dapat pengingat bahwa mereka berhak keluar dari hubungan yang menyakiti mereka,” jelas Febby melansir Suara, jaringan inibalikpapan.com.

Sementara itu, Bio One, yang berperan sebagai Gani, menyoroti pelajaran hidup dalam film ini. “Film ini ngajarin kita soal pilihan. Kita bisa memilih jadi orang yang menyakiti, atau memilih jadi orang yang membantu orang lain untuk memulai lagi,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa cinta harus berdasar ketulusan, bukan terburu-buru.

Karakter Arya, yang diperankan oleh Ibrahim Risyad, digambarkan sebagai refleksi pasangan toxic. Agung menjelaskan bahwa Arya, meski memiliki spektrum autisme, mencerminkan realitas hubungan beracun. “Dia adalah refleksi dari banyak pasangan toxic di luar sana,” ungkapnya.

“Sampai Nanti, Hanna!” adalah film bergenre slice of life yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi. Melalui kisah Hanna, Gani, dan Arya, film ini mengajarkan pentingnya keberanian untuk keluar dari hubungan toxic demi kebahagiaan sejati.

Film ini resmi tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai Kamis, 5 Desember 2024. Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan kisah yang penuh makna.

Sinopsis Film Sampai Nanti, Hanna!

Gani, seorang mahasiswa di Bandung, terkenal sebagai sosok pendiam yang jarang mengungkapkan isi hatinya. Ternyata, ia memendam perasaan cinta terhadap Hanna, rekan satu kampusnya yang aktif dan berani. Kedekatan mereka melalui berbagai kegiatan kampus hanya memperkuat rasa cinta Gani, namun keberaniannya untuk mengungkapkan perasaan tetap tidak muncul.

Hanna, yang tidak menyadari perasaan Gani, menikah dengan Arya, pria pilihannya. Pernikahan Hanna dan Arya terlihat sempurna dari luar, namun di balik itu, ia menghadapi manipulasi dan kekerasan emosional dalam rumah tangganya.

Menyadari penderitaan Hanna, Gani tetap terbelenggu oleh rasa takut dan keraguan. Meskipun cintanya pada perempuan itu semakin dalam, ia hanya bisa menyaksikan dari kejauhan tanpa berani mengambil langkah untuk membantu wanita yang ia cintai.***